Kotjap katjarita: Suatu hari Sang Pangeran ingin berkeliling untuk memeriksa keadaan para nara pidana, sembari ingin mengetahui apa saja yang telah mereka perbuat hingga mereka dipenjara.
Sesaat kemudian, ia melihat seorang nara pidana, dengan wajah yang terlihat cendekiawan. Lantas iapun bertanya, “Apa yang telah anda perbuat, sehingga anda masuk penjara?” Lantas pria malang itu menjawab, “Tuanku, sebenarnya saya tiada bersalah, saya tidak seperti yang mereka tuduhkan kepada saya, maka alangkah bahagianya bila tuanku berkenan membebaskan saya.Mudah-mudahan Allah membalas kebaikan tuan.”
Kemudian pangeran tersebut berpaling kepada nara pidana yang ke dua, ke tiga, hingga keenam. Alangkah terkejutnya ia begitu mendengar jawaban para nara pidana tidak jauh berbeda dengan nara pidana yang pertama, tidak mengakui kesalahan lantas minta dibebaskan… (uenake rek…)
Lalu, jatuhlah tatapan pangeran kepada seorang nara pidana yang mencoba menghindar, wajahnya penuh rasa malu, takut ditanya. lantas pangeran tersebut bertanya kepada tentang sebab ia dipenjara. lelaki tersebut menjawab. “Ampun tuanku,. saya telah melakukan dosa besar, saya telah mencuri seekor ayam. Namun hal itu saya lakukan karena terpaksa, lantas setan menggaggu fikiranku dan menyesatkanku. inilah hukuman yang pantas saya terima tuan.”
Maka berpalinglah sang pangeran, untuk berkata kepada semua nara pidana dan para penjaga penjara, “Amat sangat disayangkan sekali bahwa ada pencuri yang hina, hidup berdampingan dengan keenam orang-orang yang mulia ini, yang tiada memiliki kesalahan. maka keluarkanlah ia dari tempat ini, supaya kejahatannya tidak menular kepada mereka!!!”

Lantas dibebaskanlah ia…

((Mengakui kesalahan adalah awal dari perbaikan, sedangkan mengingkarinya berarti menutup pintu perbaikan dalam diri sendiri))